Pages

Friday, October 22, 2010

skenario 2: Anjing menggonggong. Namun apalah arti sebuah kafilah?

skenario 2 kehidupan Nirmala

Malam tak kunjung usai. Bahkan matahari sudah siap di tempatnya, namun, malam tak kunjung usai.
Langit tetap kelabu, tak kunjung menunjukkan tanda-tanda adanya terang.
Begitu juga dengan diri Nirmala, yang tetap kelabu. Memandang mata air.

Haryono sudah beberapa hari pergi. Namun itu rasanya seperti setahun. Rasa kangen yang luar biasa menyelimuti hati Nirmala. Ia sedih, namun tak menangis. Ia marah, namun tak berani mengeluarkan teriakkan.
Ayahnya kembali pulang, membawa seekor anjing busuk. Bentuknya tak jelas. Katanya, anjing ini didapatnya di dermaga. Tapi siapa perduli?
Anjing itu dibawa pulang karena ayah Nirmala merasa sedih melihat anaknya tak kunjung tersenyum. "Hanya gara-gara lelaki buta kau seperti ini?" tanya ayah Nirmala. Selalu, setiap saat. Nirmala tak mau marah, walau tersinggung. Dia hanya memendam kekecewaan itu dalam hati.  Nirmala tau, apalah guna marah?
Anjing itu terus menggonggong. Mungkin sedang menunggu sesuatu. Sesuatu? sesuatu itu apa? mungkinkah cinta? atau.. ah sudahlah.
Kali ini, sang anjing menggonggong ke depan, arah langit. Kata orang, itu adalah tanda kafilah- kafilah cinta akan datang kepada orang yang kesepian. Kafilah? seperti apa kata pepatah. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Namun kafilah itu tak kunjung datang juga, dan tak juga berlalu. Tetap saja sendiri.
Nirmala belajar, bahwa kadang, kita harus berjalan sendiri, tak usah menunggu kafilah-kafilah yang akan datang.

Sampai detik ini pun, kafilah-kafilah itu tak kunjung datang. Walau anjing itu tak berhenti menggonggong

No comments:

Post a Comment

Labels