Pages

Thursday, June 17, 2010

Ini adalah awal dari sebuah akhir, sayang

Aku menatap langit malam ini. Suara adzan bergema begitu kencangnya. Tapi toh, aku tak begitu perduli.

Aku tetap memandang langit sore itu, yang mendung.

Esok, hari yang (sebenarnya) sudah ditunggu-tunggu. Esok, aku akan melepas predikat "anak SMP yang labil" menjadi "anak SMA yang dewasa". Banyak yang berharap, agar cepat-cepat masuk ke SMA untuk memulai hidup baru. Namun aku tidak. Kehidupan SMP ku jauh lebih baik daripada nanti, sepertinya.

Kata ibuku semalam " SMP pasti tidak seseru SMA reg! you should know about it, just enjoy the vibe". Nyatanya, kata-kata dia tidak ada efeknya. Aku tetap saja gundah. Aku sangat mencintai masa SMP, sehingga ingin rasanya tetap tinggal dan memohon pada Tuhan agar diberi 1000 hari lagi untuk tetap di SMP, namun apa daya, tak mungkin bisa terjadi kan?

Langit hari ini sepi, tak ada burung berkicau, atau bahkan kalong yang berterbangan. Mungkin sedikit mendung. Suasana ini sangat mendukungku untuk pergi jauh, tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Aku tak mau ada akhir, walau aku tau, kalu ada awl pasti ada akhir.

Taktala aku sedang melamuni langit itu, muncul lah seekor tikus-yang-nista sedang berjaga-jaga. Mungkin(saja) awalnya dia tidak tau bahwa ada aku disitu, di tempat mangkalnya. "Hey manis, sedih ya? haduh manusia hidupnya sedih mulu", kata tikus-yang-nista berkata sambil membereskan tas nya yang isinya kurang(atau tidak sama sekali) penting. "kalo gue sedih, urusan lo ya?" aku menjawab, sedikit serius. "Hey tenang kawan, aku hanya bertanya. Eh, by the way, kenapa sedih sih?" ,tanyanya lagi.Mau tak mau aku harus menjawab pertanyaanya yg satu ini "Esok, ketika matahari hampir terbenam, gue akan berpisah dari teman-teman gue". Seekor tikus-yang-nista itu pun bergidik, lalu menatapku dengan tatapan yang tajam a la mata elang. Buat aku, perilaku nya yang satu ini begitu menjijikan. Maka aku tidak menatapnya balik, sampai dia berkata "Anggap saja ini adalah awal dari sebuah akhir, sayang.". Aku terkaget-kaget, sampai tidak bisa bergerak, speehless. Namun, sebelum berhasil membuat diri saya bisa bertanya apa arti perkataannya, dia sudah berbalik arah, mungkin pulang. Namun dia sempat berkata " Renungkanlah kata-kataku, maka kau akan mengerti". Nyatanya, sudah 1000kali dipikirkan, namun aku tak pernah mengerti.
Photobucket

Friday, June 11, 2010

Reasons why i love Jakarta

Photobucket

Monas, friends, family, and you!


kiss and hugs,


reginabigail

Labels