Pages

Friday, October 22, 2010

Kami dan lautan

Saya bergidik tajam ke arah dia, seorang anak muda yang kurang lebih seumur denganku. Dia acuh, tak membalas pandanganku. Jadi, saya biasa saja. Menangkap ikan hari ini menjadi sangat membosankan, apalagi, ikan tak kunjung mendekati jaring.

Laut diseberang saya tak pernah jadi biru. Hitam.
Saya menunggu, kapan laut mati akan berhenti membuat semua benda mengambang. Saya menunggu itu.
Hari itu tidak gelap, namun tak juga terang. Saya menyanyikan kidung-kidung dari kitab Mazmur. Namun tak menggunakan kecapi, seperti Daud.
Anak muda itu menatapku tajam, saya berusaha mengacuhkannya. Sampai Ia datang dan tiba-tiba berkata " Hay, boleh saya bergabung". Saya mengangguk, sambil terus bermazmur.
Tiba- tiba, satu lelaki datang, kali ini, Ia sudah lumayan tua. Mungkin belum tua, namun terlihat tua. Janggutnya panjang, rambutnya gondrong. Dia datang tiba-tiba. Saya dan anak itu diam.

"Apa yang kau tunggu, anak-anakku?", tanya bapak itu. "Kami menunggu ikan pak. Sudah satu hari kami mengarungi  laut, tak pernah kami dapat ikan-ikan itu". Lelaki itu terdiam, tiba-tiba berkata" Tebarkan jala itu ke samping kiri, maka kau akan mendapat ikan banyak. Jangan lupa, nanti kau harus mengucap syukur kepada Tuhan atas semua berkat ini".

Saya menuruti apa yang dikata dan ya benar. Jala itu sekarang banyak ikan.
Namun, lelaki itu menghilang. Tetapi meninggalkan sepucuk surat

"Janganlah kau lupa akan kasih-Nya. Bersyukurlah setiap hari, jangan pernah menggerutu. Sebab Tuhan selalu bersertamu, di saat paling susah sekalipun"

Saya dan dia, meyadari kalau lelaki itu bukan lelaki biasa.
Bisa jadi, Dia Tuhan

1 comment:

Labels