Pages

Thursday, September 9, 2010

Skenario Dunia Nirmala: Dunia penuh kekacauan

Nama: Nirmala
Umur: 16

Nirmala, dia berumur 16. Baru saja memasuki umur 16. Kata orang, 16 lambang dari kebebasan, awal dari sebuah kehidupan masa muda yang penuh dengan keindahan, atau bisa jadi, awal dari sebuah kehancuran(underline)

Dengan menjadi seorang gadis 16 tahun, Nirmala pasti mempunyai banyak sekali beban yang harus ditanggung, mau-tidak-mau. 100 kertas pasti tak mampu untuk menuliskan semua beban yang harus ditanggung, di masa remaja muda ini.
Bagi Nirmala, tak masuk akal bila ada yang berkata bahwa masa muda adalah masa yang bahagia. Masa muda lebih cocok di bilang masa "labil". Emosi anak remaja kan tak bisa dikontrol, dan itu sama sekali tidak membahagiakan.

Dunia malam ini penuh gejolak, membuat dia berfikir untuk mengarunginya, dengan ganas.Nirmala tak suka bersikap manis, manis hanya sebuah kata penuh kemunafikkan.
Menunggu kapal sebagai kendaraa di malam buta seperti ini, membuatnya merasa seperti lonte sawangan yang sedang menunggu pelanggan. Sendirian dan muda. Lainnya dia masih perawan. Kapal malam ini lama datangnya, membuat dirinya merasa  bosan. Nirmala hanya menatap aspal, sampai ketika seorang bapak memanggil namanya. Ya, dia adalah bapak dari gadis jelita ini.

"Nirmala, sudahkah kau persiapkan untuk esok hari?".
Dia tak menjawab apapun. Buat apa dipersiapkan.
Ayahnya adalah seorang pekerja dari laut seberang, ketika Ia bertemu ibu, Ia adalah pria paling gagah dari kerajaan mimpi. Namun, ketika mereka mempunyai Nirmala, Ia berubah menjadi pria paling tak berdaya satu planet. Tepatnya saat ibu akhirnya memutuskan untuk pergi, memilih untuk berjalan ke negeri abadi, dan duduk disamping Dia yang maha kuasa.

Nirmala tak pernah  suka esok hari. Esok hari pertama saya memasuki tahap baru. Memasuki sekolah anak-anak muda. Tahap baru bagi seorang remaja bila sudah lulus tes-ini-itu yang telah disediakan. Ah tak penting menurutku. Toh, tanpa sekolah masa muda bla bla bla tersebut, Ia tetap bisa hidup.

Apalagi, sekolah ini adalh sekolah asrama. Ingin rasanya saya berteriak, namun tak akan bisa. Ini adalah cita-cita ibuku, supaya saya masuk kedalam sekolah, yeah ato kata lainnya malapetaka.

Perenungan ku malam ini selesai begitu saja. Dan ketika itu juga, sang angin datang menyapa" Mengapa kau bersedih?". Diriku menjawab seadanya "Sekolah malapetaka itu. membuatku ingin mati. Bisakah kau tunjukkan jalan terbaikku?" sang angin diam, lalu menjawab" Ku tantang kau membuat skenario, skenario penyelamatan dunia penuh kekacauan, dunia masa mudamu". Saya terdiam, dia berlalu.

TO BE CONTINUE

No comments:

Post a Comment

Labels